Penandatangan Akta Notaris Pendirian Yayasan WALI

Neil Amstrong, angkasawan yang menjejeakkan kaki pertamakali di Bulan, pernah menuliskan: This is one small step for a man, one giant leap for mankind (Ini langkah kecil seorang manusia, tapi sebuah lompatan bagi peradaban mereka).

Hari Sabtu bertepatan dengan tanggal 20 Maret 2021 menjadi hari bersejarah bagi WALI (Wakaf Agro Lemah Ireng). Pada hari inilah, akta yayasan WALI ditandatangani oleh pengurus yayasan. Sebuah langkah kecil bagi para pengurusnya, tapi mudah-mudahan akan memotivasi perubahan sekala besar bukan saja di lingkungan masyarakat Lemah Ireng, tapi bahkan di skala nasional nantinya.

Hari itu hadir 6 pengurus inti WALI. Tiga pengurus antara lain: M. Luthfi Hamidi (Ketua), Awaludin Hanafi (Wakil Ketua), dan Muh Farid Abdillah (Bendahara) berdomisili di Jakarta. Sehingga perlu mengatur waktu agar ketiganya bisa datang bersamaan di Boyolali, tempat Notaris Iwan Nugroho, SH, MKn, berkantor.

Tidak zamannya lagi beralasan tidak bisa bertemu karena lokasi berjauhan. Zaman internet ini, meeting virtual sudah tidak asing dan bahkan sudah mulai akrab dilakukan siswa sekolah dasar sekalipun, karena pertemuan tradisional di kelas atau tatap muka terhambat tersebab pandemi. Begitulah yang terjadi, sebelumnya ketika Luthfi masih di Brisbane, pertemuan untuk mendiskusikan dan menyiapkan gagasan pendirian pesantren WALI sudah dimulai melalui daring.

Namun, kali ini agak lain. Tanda tangan Akta Notaris tidak bisa online, tapi offline. Pengurus HARUS hadir secara fisik menemui Notaris, di kantornya! Itulah kiranya, perlu sedikit akrobat untuk bisa menghadirkan seluruh Pengurus inti.

Alhamdulillah, hambatan lokasi ini bisa diatasi dengan memanfaatkan liburan pendek Sabtu-Minggu. Bagi Farid, Sabtu pun bukan hari libur, karena harus mengikuti kursus/training online mewakili kantornya, yang masih akan berlangsung selama empat bulan ke depan. Sebuah perjuangan yang tidak ringan. Alhasil, dia harus tetap membuka laptop mengikuti virtual meeting, sambil menunggu giliran untuk tandatangan dokumen.

Beruntung tiga pengurus yang lain Mbah Djufrie Asmoredjo (Pembina), Rudianto (Pengawas), dan Muhammad Fathan Khairul Iman (Sekretaris), berdomisili di Boyolali dan sekitarnya. Sehingga koordinasi kehadirannya, relatif lebih mudah. Namun begitu, kondisi fisik yang tidak selincah dulu, tak menghalangi Mbah Djufri untuk hadir memberikan dukungan. Sebagai manula yang berjiwa muda, keterbatasan fisik tidak menghalangi beliau hadir dan turut menandatangi akta meskipun dari dalam mobil.

Semua ini tidak lepas dari tangan dingin Isnaini Ekhsan yang mengatur pertemuan dan bekerja keras menjadi fasilitator dalam menyiapkan segala dokumen dan persyaratan yang diperlukan buat kelengkapan administrasi pengurusan akta notaris WALI.

Seperti halnya Amstrong, mudah-mudahan penandatangan akta notaris WALI ini akan menjadi lompatan peradaban dan kemajuan bagi masyarakat luas. Pesantren WALI nantinya bisa berkontribusi bagi pendidikan di Tanah Air, sebagai model pesantren inovatif yang mampu menyiapkan kader-kader pejuang dengan ilmu agama yang memadai dan basis keilmuan praktis di bidang agro-wisata. Sehingga lulusan pesantren diharapkan bisa mandiri dan terpacu jiwa wirausahanya.